Culture shock.
Ada beberapa culture shock yang pernah saya alami. Maklum dulu ketika saya
masih SD ayah saya sering dipindah tugaskan dari satu tempat ke tempat lainnya,
bahkan sampai ke luar pulau. Biasanya sih ketika saya berada di tempat baru
saya tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Tapi ada
satu pengalaman culture shock yang paling mendalam di hidup saya, yaitu ketika
saya dan keluarga pindah ke Wawondula, Sulawesi Selatan.
Ketika itu saya kelas 3 SD semester
dua, dan sebentar lagi naik ke kelas 4, mendapat kabar kalau ayah saya dipindahkan
kerja dari Irian Jaya ke Soroako Sulawesi Selatan. Sebenarnya saya tidak mau
pindah karena saya menyukai lingkungan saya saat itu dan tidak dapat
membayangkan bagaimana kehidupan saya nanti di tempat baru. Tapi ya namanya
bocah masih tinggal sama orang tua mau
tidak mau saya ikut, begitu juga dengan kedua adik saya. Akhirnya dengan
berat hati saya pindah.
Setelah perjalanan yang amat panjang
akhirnya saya dan keluarga tiba di Wowundula. Soroako tempat ayah bekerja
memang berbeda daerah, namun masih daerah yang berdekatan. Di sana saya dan
adik didaftarkan di SD negeri paling unggulan yang ada di daerah itu. Saya
begitu terkejut waktu hari pertama sekolah, karena hanya saya dan adik saya
yang mengenakan jilbab ke sekolah. Dan ternyata saya dan adik saya adalah dua
murid pertama yang mengenakan jilbab di sekolah itu. Tidak heran banyak pasang
mata yang mungkin “aneh” melihat saya dan adik. Memang di Wawondula ini umat
non islam lebih dominan daripada agama Islam.
Kami sangat risih dengan banyak
pandangan aneh, bukan hanya dari murid tetapi dari para guru. Hanya beberapa
guru yang tidak memandang kami seperti itu. Pernah suatu hari ketika saya dan
semua anak kelas empat sedang berlatih paduan suara. Saya hanya bisa diam dan
terbata-bata mengikuti teman-teman saya bernyanyi karena saya memang belum tau
lirik lagu itu. Tiba-tiba bu guru yang mengawasi latihan tersebut membentak “
Hei kamu yang pake jilbab! Jangan diem aja!” dan itu sukses membuat semua mata
melihat kearah saya. Menurut saya tidak pantas membentak seperti itu, apalagi
dia tahu kalau saya adalah murid pindahan. Dari awal saya bersekolah di SD itu
beliau selalu melihat saya dan adik saya dengan sinis. Mungkin karena beliau
kurang suka dengan saya karena saya mengenakan jibab. Maklum dia juga berbeda
agama dengan saya, entahlah. Hal itu sukses membuat saya cukup shock dan
membuat saya menjadi seorang anak yang sangat pendiam bahkan beberapa hari tak
ingin sekolah.
Saat dulu masih berada di sekolah yang lama, saya sering
memakan bekal dengan teman-teman kelas. Tapi tidak dengan di sekolah saya saat
itu. Bukannya saya tidak menyukai teman-teman saya, tetapi saya merasa mual
karena banyak teman saya membawa bekal dengan daging babi sebagai lauknya. Pernah
saya hampir ikut mencicipinya, kalau saja temen saya itu tidak bilang pada
waktu yang tepat sebelum daging itu masuk ke mulut. Hal itu juga sukses membuat
saya jarang makan ketika di sekolah dan memilih untuk berdiam diri selama
istirahat sekolah.
Pernah saya mengadu bahkan sampai menangis meminta ke orang tua
untuk kembali ke daerah lama. Saya tak tahan dengan lingkungan seperti ini,
dirumah pun tidak punya teman untuk diajak bermain. Namun saya tidak bisa berbuat
apa-apa. Orang tua saya dengan sabar menyemangati saya agar tetap tegar
menghadapi lingkungan yang menurut saya sangat baru dan asing. Itu membuat saya
sakit-sakitan selama berada disana karena jarang makan dan selalu menangis.
Tapi lambat laun saya mulai bisa terbiasa dengan lingkungan disini. Saya mulai
mendapatkan banyak teman walaupun rata-rata mereka berbeda keyakinan. Bersyukur
karena mereka sangat baik dan menerima saya menjadi bagian mereka.
Pengalaman culture shock itu membuat saya menjadi pribadi
yang lebih pemberani dan tegar dalam menghadapi lingkungan baru, seperti
sekarang ketika saya kuliah. Dunia perkuliahan menurut saya sangat keras dan
menantang melebihi pengalaman saya ketika dulu tinggal di Wawondula. Yah
walaupun terkadang saya merasa terintimidasi, tapi itu adalah bagian hidup yang
harus saya hadapi untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.
0 komentar:
Posting Komentar