Afina Darajat 10515236
2 PA 12
A.
Global Brain
Otak
global (dalam bahasa
Inggris: Global brain) adalah sebuah metafora untuk jaringan
komputer pengantar informasi dan komunikasi planet yang
saling menghubungkan seluruh manusia dan peralatan teknologisnya masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, jaringan ini menyimpan banyak informasi,
mengambil begitu banyak fungsi koordinasi dan komunikasi yang sebelumnya
dijalankan organisasi tradisional, dan menjadi amat cerdas, jaringan ini
pun semakin mengambil peran sebagai otak
bagi planet Bumi.
Global
Brain merupakan konseptualisasi dari jaringan di seluruh dunia yang dibentuk
oleh manusia di muka bumi ini secara bersama-sama dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi yang menghubungkan mereka untuk menjadi cerdas,
sehingga brain atau otak itu menjadi sistem yang mengatur dirinya sendiri. Internet
pun menjadi lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih menyeluruh, juga semakin
mengikat umat manusia bersama-sama ke dalam sistem pengolahan informasi tunggal
yang berfungsi seperti sistem saraf untuk planet Bumi. Kecerdasan
jaringan ini bersifat kolektif atau didistribusikan (tidak terpusat atau lokal
dalam setiap individu tertentu, organisasi atau sistem komputer). Hal
seperti ini bukan muncul dari jaringan dinamis interaksi antara
komponen-komponennya tetapi merupakan properti khas dari sistem adaptif yang
kompleks.
Peran Internet
a.
Mediasi
Mediasi adalah
upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral,
yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak
yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah
pihak.
Mediasi disebut emergent mediation apabila mediatornya
merupakan anggota dari sistem sosial pihak-pihak yang bertikai, memiliki hubungan
lama dengan pihak-pihak yang bertikai, berkepentingan dengan hasil perundingan,
atau ingin memberikan kesan yang baik misalnya sebagai teman yang solider.
Pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu
suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa menyerahkan
penyelesaiannya kepada seorang mediator (seseorang yg mengatur pertemuan antara
2 pihak atau lebih yg bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil, tanpa
biaya besar besar tetapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya oleh kedua belah
pihak yang bersengketa. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai pendamping dan
penasihat. Sebagai salah satu mekanisme menyelesaikan sengketa, mediasi
digunakan di banyak masyarakat dan diterapkan kepada berbagai kasus konflik.
b.
Model of Consciousness
Menurut teori Jung, seperti yang
dikutip Alwisol (2004) dalam bukunya Psikologi Kepribadian, consciousness
muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum dilahirkan. Secara berangsur
kesadaran bayi yang umum-kasar, menjadi ssemakin spesifik ketika bayi itu mulai
mengenal manusia dan ojek disekitarnya. Menurut Jung, hasil pertama dari proses
diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego
berperan penting dalam menentukan persepsi, pikiran, perasaan dan ingatan yang
bisa masuk ke kesadaran. Tanpa seleksi ego, jiwa manusia bisa menjadi kacau
karena terbanjiri oleh pengalaman yang semua bebas masuk ke kesadaran. Dengan
menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribaddian dan
memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas.
Model of Consciousness adalah penjelasan teoritis yang
menghubungkan antara bagian kesadaran dalam otak manusia dan fenomena
kesadaran. Model of consciousneess antara lain:
·
Global Workspace Models, dikemukakan oleh Baars (1988)
·
Multiple Draft Theory, dikemukakan oleh Daniel Dennett
(1991)
·
The Dynamic Core, dikemukakan oleh Tononi and Edelman
(1998)
·
Information Integration dikemukakan oleh Tononi (2004)
·
Thalamocortical rhythms dikemukakan oleh Llinas,
Ribary, Contreras & Pedroarena (1998)
·
Coalitions of Neurons dikemukakan oleh Crick and Koch
(1990)
·
Field Models dikemukakan oleh Kinsbourne (1988)
Meskipun teori mengenai model of consciousness sangat
beragam, namun benang merah dari semua pendekatan yang beragam tersebut adalah
mempelajari korelasi antara aktivitas otak dan aspek kesadaran manusia.
c.
Collective Unconsciousness
Collective unconsciousness disebut juga transpersonal
unconscious, konsep asli Jung yang paling kontroversial; suatu sistem
psikis yang paling kuat dan paling berpengaruh, dan pada kasus-kasus patologik
mengungguli ego dan ketidaksadaran pribadi. Menurut Jung, evolusi makhluk
(manusia) memberi cetak biru bukan hanya mengenai fisik/tubuh tetapi juga
mengenai kepribadian. Taksadar kolektif adalah gudang ingatan laten yang
diwariskan oleh leluhur, baik leluhur dalam wujud manusia maupun leluhur
pramanusia/binatang (ingat teori evolusi Darwin). Ingatan yang diwariskan
adalah pengalaman-pengalaman umum yang terus menerus berulang lintas generasi.
Namun yang diwariskan itu bukanlah memori atau pikiran yang spesifik, tetapi
lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi untuk
memikirkan sesuatu. Taksadar kolektif merupakan fondasi ras yang diwariskan
dalam keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya dibangun ego, taksadar pribadi
dan pengalaman individu. Jadi apa yang dipelajari dari pengalaman secara
substansial dipengaruhi oleh taksadar kolekif yang menyeleksi dan mengarahkan
tingkah laku sejak bayi. Taksadar pribadi dan taksadar kolektif sangat membantu
manusia dalam menyimpan semua yang telah dilupakan/diabaikan., dan semua
kebijakan dan pengalaman sepanjang sejarah. Mengabaikan taksadar dapat merusak
ego karena taksadar dapat membelokkan tingkah laku menjadi menyimpang seperti
phobia, delusi, dan simptom gangguan psikologis. Isi utama dari taksadar
kolektif adalah arketipe, yang dapat muncul ke kesadaran dalam wujud
simbolisasi. (Alwisol:2004)
B. Dampak Sosial Dari Interaksi Manusia
Internet
Teknologi internet telah menjadi hal lumrah
saat ini. Berbagai sektor kehidupan bahkan hampir tidak dapat
dipisahkan. Salah satu yang tidak dapat dihindari adalah penggunaan
internet di kalangan siswa sekolah termasuk sekolah dasar. Orangtua perlu
bijaksana mengenalkan teknologi ini pada anak. Dari tinjauan pembelajaran,
mengenalkan konsep digital kepada anak akan menyiapkan mereka menghadapi
perkembangan masa depan yang semakin diwarnai ketergantungan pada teknologi. Apabila
ditinjau dari segi positif terhadap psikologis seseorang internet mempunyai
dampak sebagai berikut:
a.
Membuat masyarakat menjadi lebih inovatif dan kreatif
karena mudahnya akses informasi yang diberikan internet.
b.
Membuat masyarakat lebih sadar mengenai hal-hal yang
terjadi disekitarnya.
c.
Mengikis kesenjangan informasi antara masyarakat desa
dan kota, karena masyarakat desa pun kini bisa mengakses informasi yang sama
dengan masyarakat yang ada di perkotaan.
Sedangkan efek negatif yang diberikan internet dilihat
dari psikologisnya adalah sebagai berikut:
a.
Mengikis kecintaan masyarakat kepada budaya aslinya,
akses mudah yang diberikan internet mengenai dunia luar bisa mempengaruhi
kebudayaan suatu masyarakat.
b.
Mempengaruhi pola pikir masyarakat menjadi
sekularisme.
c.
Merusak moral mayarakat dengan banyaknya situs porno
dan perjudian.
Mengenai dampak internet sebagai alat explorasi diri,
para Psikolog memandang hal tersebut tergantung dari pribadi si penggunanya.
Tentu internet akan bermanfaat jika mampu meningkatkan kehidupan seseorang, dan
sebaliknya menjadi penyakit jika membuat kacau kehidupan orang tersebut.
Pengaruh buruk akan terjadi jika internet digunakan sebagai sarana untuk
mengisolasi diri. Banyak orang tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri
terhadap komunikasi sosial entah karena keasikan ngebrowse atau
karena internet dipakai sebagai pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan
dengan kepribadiannya. Hal itu dapat terjadi karena ada individu yang
menampilkan kepribadian yang berbeda pada saat online denganoffline.
Motivasi dibalik itu tentu berbeda antara satu orang dengan yang lain.
Permasalahan akan rumit jika alasannya adalah karena individu tersebut tidak
puas/suka terhadap dirinya sendiri (mungkin karena rasa minder, malu, atau
merasa tidak pantas), lantas menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain
sekali dari dirinya yang asli. Seringkali ia lebih suka pada kepribadian hasil
rekayasa yang baru karena tampak ideal baginya. Padahal, menurut para Psikolog,
hal ini tidak benar dan tidak sehat. Mengapa demikian?
Michelle Weil, seorang Psikolog
dan pengarang buku terkenal, memberikan contoh konkrit tentang seorang gadis
yang dijauhi oleh teman-temannya lalu kemudian menghabiskan waktu untuk
mojok berchatting ria dengan menampilkan karakter yang sangat
kontradiktif dengan karakter aslinya. Akibatnya, lama kelamaan ia semakin jauh
dengan kenyataaan sosial yang ada, bahkan tidak bisa menerima diri apa adanya.
Menurut pakar psikoanalisa terkenal seperti Erich Fromm, kondisi
demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang
berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih
lanjut menambahkan, bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian
online yang berbeda dengan yang asli.
Tentu saja ada pengaruh positif dari penggunaan (bukan
kecanduan) internet terhadap kepribadian seseorang. Reid Steere,
seorang Sosiolog dari Los Angeles mengatakan, jika seseorang menggunakan
internet sebagai media eksplorasi diri dengan kesadaran penuh, ia akan
mengalami pertumbuhan sebagai hasil dari refleksi dirinya secara utuh melalui
internet.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar